Betulkah mimpi merupakan bahasa sandi dari Tuhan yang berkehendak untuk berkomunikasi dengan manusia? Jika demikian, apakah semua mimpi memiliki makna tertentu?
Banyak ragam pandangan orang mengenai mimpi. Ada yang mengatakan mimpi itu bunga tidur, mimpi dianggap sebagai harapan yang tidak kesampaian, bahkan ada yang beranggapan bahwa mimpi tidak memiliki arti. Ada pula yang menyatakan bahwa mimpi merupakan jalan utama atau jalan emas untuk memasuki dunia batin atau hati nurani kita.
Sejarah menemukan bahwa buku tafsir mimpi tertua telah ditulis tahun 1100 SM. Untungnya sebagian ilmuwan memiliki ketertarikan mengenai mimpi, sehingga antara lain berdiri Institut Carl Gustav Jung di Zurich, Swiss, yang mempelajari mimpi sehingga dapat dipahami secara ilmiah.
Menurut Wolfgang Bock, SJ, yang pernah belajar di Institut Jung tersebut, salah satu fungsi mimpi adalah mengangkat pikiran, khayalan,dan hasrat hati manusia yang dalam hidup sadar kurang diperhatikan. Karena itu, mimpi juga memiliki motif menyeimbangkan kondisi pribadi supaya kepribadian seseorang tidak tumbuh pincang.
"Suka atau tidak suka, mimpi itu mengingatkan Anda, supaya Anda mau melihat kebenaran. Kadang kebenaran itu ditayangkan dengan cara amat mengejutkan, supaya diperhatikan," tulis Bock dalam bukunya, Menafsir Mimpi, Bahasa Sandi Tuhan.
Mimpi juga menambah pengetahuan vital, agar kita dapat memperbaiki sikap terhadap seluruh kehidupan dan situasi nyata yang dihadapi, ungkap Bock lagi. Melalui mimpi, bawah sadar kita akan memainkan tugas membimbing dan merencanakan, guna memberi arah lebih baik kepada sikap dan pendirian pikiran alam sadar.
Alam pikiran sadar kita seringkali tidak mau atau tidak ingin memahami persoalan apa adanya. Namun, melalui mimpi, kemampuan kita untuk menipu diri dan berpura-pura akan dijungkir balikkan, sehingga kita dihadapkan pada keadaan yang sebenarnya.
Tepat apa yang dituliskan Pastor J. Darminta, Si, mimpi bisa mengungkapkan alam spriritual kita, kerinduan dan perjumpaan kita dengan Allah, alam kejiwaan kita dengan segala pergulatan-pergulatan hidup, serta peristiwa dan tindakan hidup kita sehari-hari.
Perlu dipahami, mimpi merupakan salah satu bentuk bahasa hidup, seperti halnya bahasa rasa, bahasa hati, bahasa budi, bahasa rohani, bahasa tubuh, dan sebagainya. Sejak zaman para nabi dulu mimpi telah diyakini sebagai salah satu cara Tuhan menyampai pesan.
Melalui mimpi, menurut Bock, Allah hendak bergaul dengan manusia dan menuangkan nilai-nilai baru, kekuatan, dan kasih sayang yang berlimpah ke dalam hati kita.
Perhatikan waktunya
Mengutip Darminta, SJ, ada tiga macam mimpi berdasarkan waktu menurut orang Jawa, yaitu:
Banyak ragam pandangan orang mengenai mimpi. Ada yang mengatakan mimpi itu bunga tidur, mimpi dianggap sebagai harapan yang tidak kesampaian, bahkan ada yang beranggapan bahwa mimpi tidak memiliki arti. Ada pula yang menyatakan bahwa mimpi merupakan jalan utama atau jalan emas untuk memasuki dunia batin atau hati nurani kita.
Sejarah menemukan bahwa buku tafsir mimpi tertua telah ditulis tahun 1100 SM. Untungnya sebagian ilmuwan memiliki ketertarikan mengenai mimpi, sehingga antara lain berdiri Institut Carl Gustav Jung di Zurich, Swiss, yang mempelajari mimpi sehingga dapat dipahami secara ilmiah.
Menurut Wolfgang Bock, SJ, yang pernah belajar di Institut Jung tersebut, salah satu fungsi mimpi adalah mengangkat pikiran, khayalan,dan hasrat hati manusia yang dalam hidup sadar kurang diperhatikan. Karena itu, mimpi juga memiliki motif menyeimbangkan kondisi pribadi supaya kepribadian seseorang tidak tumbuh pincang.
"Suka atau tidak suka, mimpi itu mengingatkan Anda, supaya Anda mau melihat kebenaran. Kadang kebenaran itu ditayangkan dengan cara amat mengejutkan, supaya diperhatikan," tulis Bock dalam bukunya, Menafsir Mimpi, Bahasa Sandi Tuhan.
Mimpi juga menambah pengetahuan vital, agar kita dapat memperbaiki sikap terhadap seluruh kehidupan dan situasi nyata yang dihadapi, ungkap Bock lagi. Melalui mimpi, bawah sadar kita akan memainkan tugas membimbing dan merencanakan, guna memberi arah lebih baik kepada sikap dan pendirian pikiran alam sadar.
Alam pikiran sadar kita seringkali tidak mau atau tidak ingin memahami persoalan apa adanya. Namun, melalui mimpi, kemampuan kita untuk menipu diri dan berpura-pura akan dijungkir balikkan, sehingga kita dihadapkan pada keadaan yang sebenarnya.
Tepat apa yang dituliskan Pastor J. Darminta, Si, mimpi bisa mengungkapkan alam spriritual kita, kerinduan dan perjumpaan kita dengan Allah, alam kejiwaan kita dengan segala pergulatan-pergulatan hidup, serta peristiwa dan tindakan hidup kita sehari-hari.
Perlu dipahami, mimpi merupakan salah satu bentuk bahasa hidup, seperti halnya bahasa rasa, bahasa hati, bahasa budi, bahasa rohani, bahasa tubuh, dan sebagainya. Sejak zaman para nabi dulu mimpi telah diyakini sebagai salah satu cara Tuhan menyampai pesan.
Melalui mimpi, menurut Bock, Allah hendak bergaul dengan manusia dan menuangkan nilai-nilai baru, kekuatan, dan kasih sayang yang berlimpah ke dalam hati kita.
Perhatikan waktunya
Mengutip Darminta, SJ, ada tiga macam mimpi berdasarkan waktu menurut orang Jawa, yaitu:
- Titi onyi (21.00-24.00)
Mimpi pada jam ini dapat dipahami tidak memiliki arti khusus, kecuali menunjuk pada pengaruh pengalaman hidup sebelum tidur. Biasanya isi mimpi berkaitan dengan peristiwa hidup yang terjadi sebelumnya atau sisa masalah ketika masih terjaga.
- Gondo onyi (24.00-03.00)
Mimpi pada jam ini menunjuk pada kualitas kejiwaan kita dalam mengarungi kehidupan, menyingkapkan apa yang tersembunyi di dalam diri kita agar diketahui, diterima, diolah. Jika diketahui sebagai gangguan hendaknya segera dapat disingkirkan, namun jika dirasakan sebagai dukungan sebaiknya diterapkan dalam kehidupan.
- Puspa tajam (03.00-06.00)
Mimpi pada jam ini diyakini mengungkapkan adanya keterlibatan Allah, dan kita ditantang untuk mengenal suara, ajakan, dan pesan kehadiran Allah.
Mendoakan mimpi
Karena mimpi merupakan bahasa simbol dari Tuhan, saran Wolfgang Bode, sebaiknya kita meresponnya secara tepat. Caranya:
Mendoakan mimpi
Karena mimpi merupakan bahasa simbol dari Tuhan, saran Wolfgang Bode, sebaiknya kita meresponnya secara tepat. Caranya:
- Buat judul : Pilih kata-kata, biarkan judul itu muncul spontan. Bila perlu, tanya mimpi itu, "Judul mana yang kau inginkan?"
- Buat tema : Catatlah teman pokok atau masalah utama yang muncul dalam mimpi Anda. Bila mimpi Anda memuat lebih dari satu tema, urutkan tema-tema itu menurut bobot yang Anda rasakan.
- Catat perasaan : Perasaan manakah yang paling menonjol dan kuat dorongannya dalam mimpi itu? Jika ada beberapa perasaan yang muncul berturut-turut, catatlah semuanya.
- Panjatkan doa : Bercakaplah dengan Tuhan mengenai teman dan perasaan Anda berkaitan dengan mimpi. Mintalah jawaban dari Tuhan mengenai makna dan pesan lewat mimpi tersebut.
- Kesempatan bersemadi : Biarkan seluruh mimpi berikut tema, perasaan, dan orang-orang yang tampak di dalam mimpi berada bersama Anda. Pilih satu kata kunci dan resapkan melalui metode mantra (kata itu dihirup bersama helaan napas).
- Buat catatan : Catatlah apa yang Anda alami selama menggumuli mimpi itu dalam suasana doa di hadapan Tuhan. Tuliskan cepat, tanpa menilai apa yang muncul. Anda dilatih terbuka pada pola baru dalam berpikir dan bertindak, sesuai apa yang muncul.
- Tinjau kembali :Malam hari, baca dan tinjau kembali mimpi dan doa serta sahutan Anda terhadap mimpi itu. Perhatikan bagaimana semua itu membantu Anda menemukan makna dan petunjuk arah yang termuat dalam mimpi, supaya bisa memilih dan menjalankan pola hidup Anda.
0 komentar:
Posting Komentar